Hampir disetiap waktu kita beristeraksi dengan banyak orang... Dikantor,
dijalan, dipasar, diangkutan umum, dirumah maupun didunia maya... Dan
bukan suatu yang mengherankan bila timbul konflik diantara orang-orang
yang kita temui..
Tetua Bijak mengatakan bahwa konflik terkadang
membentuk karakter kita... Membentuk karakter ke arah yang bagaimana...?
Semuanya terpulang dengan cara kita menyikapi teguran ataupun nasihat
dari orang-orang disekitar kita...
Dia, selalu mencemooh setiap
kegiatan orang lain.. Walaupun dia sendiri sangat menyadari bahwa apa
yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya tidak berhubungan sama
sekali dengan diri maupun hidupnya...
Mungkin saja dia terganggu
dengan apa yang dilihatnya... Kenapa dia tidak berpaling atau menutup
mata....? Mungkin dia terganggu dengan apa yang didengarnya..... Kenapa
dia tidak menutup telinga atau menjauh....?
Dan atas dasar semua
itu, dia merasa berhak untuk melontarkan perkataan, baik lisan maupun
tulisan yang menurut pemikirannya benar dan murni berasal dari lubuk
hatinya yang paling dalam.. Sehingga, ia lupa bahwa manusia, orang-orang
disekitarnya juga memiliki hak yang sama persis dengannya....
Lalu,
bagaimanakah reaksi kita....? Haruskah kita merasa sakit hati atau
tersinggung....? Boleh saja... Hak manusia untuk kapan saja merasakan
sakit hati, tersinggung, marah dan sedih. Dan hak manusia juga menilai
karakter seseorang dari caranya berbicara, baik lisan maupun tulisan.
Serta hak manusia juga untuk memilih maupun menjauhi seseorang yang ia
anggap hanya mencari konflik semu semata..
**************
Dari
Maimun bin Mihran diriwayatkan bahwa ia berkata : "ada seorang lelaki
yang datang menemui Salman (Al-Farisi), lalu berkata kepadanya :
"Berikan aku nasihat.”
Beliau berkata : "Jangan banyak bicara.”
Lelaki itu berkata : "Orang yang hidup di tengah manusia, mana bisa tidak berbicara?”
Beliau menanggapi : "Kalaupun Anda hendak berbicara, berbicaralah yang benar, atau diam.”
Lelaki itu berkata lagi : "Tolong tambahkan yang lain.”
Beliau berkata : "Jangan suka marah.”
Lelaki itu berkomentar : "Terkadang terjadi pada diriku, apa yang aku tidak bisa menahan diri.”
Beliau berkata menanggapi : "Kalau begitu, bila engkau marah, jaga lidah dan tanganmu.”
"Tambahkan lagi.’ Lelaki itu meminta.
Beliau berkata : "Jangan campuri urusan orang lain. ”
Lelaki itu menjawab : "Orang yang hidup bersama orang banyak, tidak mungkin tidak mencampuri urusan orang lain".
"Beliau
berkata : "Kalau engkau harus mencampuri urusan orang lain, katakan
perkataan yang benar, dan tunaikanlah amanah kepada yang berhak".
(Shifatush Shafwah I:549)
* Barangkali
sudah menjadi bagian dari hidup seseorang yang selalu ingin mencampuri
apapun yang dilakukan oleh orang lain.. Sering ia merasa terganggu
dengan apa yang dilihat dan didengarnya...
Alangkah bijaksananya
bila ia terlebih dahulu membenahi dirinya sendiri yang mungkin tak
terawat akibat terlalu sibuk dengan penelitiannya atas kehidupan maupun
aktifitas orang-orang disekitarnya...
Dan alangkah sangat
mulianya bila segala sesuatu yang ia sampaikan terlebih dahulu ia
terapkan kepada dirinya sendiri sebelum dengan tampa beban melontarkan
kata-kata yang tampa ia sadari menganggu Hak Individual seseorang untuk
melakukan apapun yang ia ingin lakukan selama tidak menyalahi aturan
Hukum serta tidak melangkahi etika Moral maupun Sosial..