Bagaimana menurut pendapat Anda tentang sikap temperamental (mudah emosional) orang tua terhadap anak-anaknya…?
Barangkali
akan banyak sanggahan yang akan kita ajukan (bila kita termasuk
temperamental parent). Salah satunya dengan mengalasankan tingkat stress
yang tinggi, kepadatan aktivitas, kondisi kesehatan yang menurun,
lingkungan sekitar yang menjemukan dan lainnya..
Dalam visual
anak, sosok seorang Ayah adalah tokoh yang menggambarkan kekuatan,
keamanan dan kebijaksanaan. Dan Ibu lebih menggambarkan pada tokoh
lembut yang penuh dengan kasih sayang, pengertian dan pelindung.
Namun,
bagaimana pula visual anak terhadap orang tuanya yang temperamental…?
Akankah akan berubah menjadi tokoh-tokoh Nightmare yang menakutkan
baginya…? Bisa jadi…!!!
Sungguh tidak adil apabila orang tua
dengan mengajukan alasan-alasan tersebut diatas menganggap sikap
temperamental harus bisa diterima dengan "wajar” oleh anak-anak mereka.
Dan sungguh menggelikan bila ada dari orang tua yang mengatakan bahwa
sikap temperamental mereka tersebut tidak mendatangkan efek buruk
terhadap anak-anak mereka, "anak-anak tetap menyayangi saya, walau saya
sering marah besar hanya karena hal sepele”.
Well…, bagaimana
kalau kita merenung sejenak.. Pejamkan mata dan bayangkan kita pada
posisi anak-anak. Lalu ingat kembali sikap-sikap temperamental yang
pernah kita lakukan kepada mereka.. Misalnya, hanya karena masalah
sepele, lantas kita berteriak-teriak didalam rumah.. Selanjutnya,
silahkan Anda sendiri yang menyimpulkan..
Pada umumnya, anak-anak
yang sering mengalami perlakuan temperamental orang tuanya akan
mengalami depresi, kurangnya kosentrasi maupun kemauan untuk belajar
serta memiliki konsep diri yang rendah. Juga perilaku yang tidak berbeda
jauh dari orang tuanya sesuai yang ia terima sehari-hari.. Anak menjadi
pemarah dan suka mengatur. Jangan pernah menyangkal bahwa anak-anak
adalah Pengamat Dunia.. Mereka sangat peka terhadap tanda-tanda alam dan
mengamati sekelilingnya secara menyeluruh..
Setiap orang tua
pasti mengharapkan generasi penerusnya kelak akan memiliki sikap dan
sifat terpuji yang ada pada diri orang tuanya. Dan tidak ada satupun
orang tua yang menghendaki anak-anaknya meneruskan sifat dan sikap
kurang baik yang juga ada pada dirinya (diri setiap manusia).
❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅❅
Sedikit riwayat hidup penulis..
Penulis
adalah anak kedua dari dua orang bersaudara yang hanya memiliki satu
orang kakak laki-laki. Saat berusia sekitar sebelas tahun, orang tua
penulis dikarenakan alasan tertentu berpoligami dengan seorang wanita
yang waktu itu sedang mempromosikan barang-barang inventaris kantor.
Sebelum
adanya keputusan untuk berpoligami, kehidupan penulis bisa dikatakan
tentram dan berkecukupan dengan Ayah yang memiliki perkebunan dan Ibu
yang memiliki beberapa ruko serta sebuah gedung pendidikan. Namun
setelah kehadiran orang kedua, rumah tangga yang awalnya hening dengan
keharmonisan berubah menjadi hiruk pikuk saling tuding, umpat hingga
berseliweran "ufo” disekitar ruangan tempat mereka beradu argumen..
Sikap temperamentalpun muncul dalam diri orang tua perempuan penulis.
Sikap temperamental yang akhirnya mengarah kepada mencari "Seksi
Pelampiasan”. Kakak laki-laki penulis yang tidak sanggup menghadapinya
memilih untuk melanjutkan sekolah diluar kota.
Ada pengalaman
masa kecil yang sampai dengan detik ini menjadi traumatis bagi diri
penulis sendiri. Yaitu saat melihat dengan mata kepalanya sendiri,
Ayahnya hampir melindas tubuh Ibunya yang menghalangi mobil Ayahnya
pergi kerumah istri mudanya.
Kesimpulannya..
Sangat jarang
terjadi anak-anak yang mengalami traumatis pada masa kecilnya bisa
hidup normal ditengah-tengah masyarakat dalam perkembangan usianya. Dan
kita semua pasti tidak pernah mengharapkan mengalami dampak anak-anak
yang memiliki tekanan mental yang pada umumnya sering melakukan tindak
kriminal.
Perlu kita ketahui bersama, peran serta kita sebagai
sesama manusia secara tidak langsung dapat membentuk pribadi dan
karakter mereka.. Menjauhi maupun memusuhinya berarti kita telah
membentuk boom waktu yang kapan saja dapat meledak dan merugikan
orang-orang disekitarnya…
Akhir kata..
Orang tua memiliki
peranan yang besar dalam pertumbuhan putra putrinya menuju kedewasaan
diri. Peran Ayah maupun Ibu akan sulit terlaksana dengan baik bila dalam
keluarga terjadi perceraian, kematian atau keputusan untuk Poligami /
Poliandri..
Bumi Medan, 25.06.2010.